bapak Wamsik dan keluarga tinggal di Napua di kompleks SD YPPGI Napua,
disamping rumahnyalah beliau membuat perkebunan stroberi yang
berjejer di bedengan-bedeng an...
Week end ini.. sabtu 18 februari saya berkunjung ke perkebunannya
karena sebelumnya memang penasaran mendengar ceritra bahwa didaerah
tersebut ada kebun stroberi milik petani lokal.
Diantar ad laki2 K'dek Buselek, kami sampai disana sekitar pukul 10 pagi Waktu Papua dengan
perjalanan hanya 15 menit dari kota wamena menggunakan sepeda motor.
Setibanya di kompleks SD kami bertemu beberapa anak yang melanjutkan permainan karet usai pulang sekolah, kamipun bertanya meminta arahan menuju kebun strobery dan seorang anak lelaki sukarela mau mengantar namun temannya mengingatkan dengan bahasa wamena
"Yeke werek"atau ada anjing,
Sehingga kamipun menuju ke sekelompok ibu yang lagi duduk di
bawah sombar salah satu bangunan di kompleks itu, karena cuaca hari ini
cerah dan panasnya menyengat.
Kami menyapa dan merekapun membalas, kemudian salah satu ibu yang memegang "Sege" tongkat untuk
menggali ubi atau membersihkan kebun menghampiri kami dan menyampaikan
bersedia mengantar kami.
Ternyata jarak ke rumah pemilik kebun bapak Wamsik, sangat dekat.
Ketika kami sampai, bapak Wamsik menyapa kami dengan sangat
ramah dan meminta kami bersabar sedikit. rupanya ada sedikit pekerjaan
yang harus diselesaikannya.
Sekitar 5 menit menunggu, bapak Elopere mendekati kami dengan memegang
2 keranjang kecil dan memberikan 1 kepada kami dan satunya dipegannya.
tanpa menunggu lama, pria berambut putih ini mengajak kami ke kebunnya, selanjutnya dirinya mempersilahkan kami untuk memetik sendiri, dirinyapun membantu memetik
dengan penjelasan harga 1 keranjang buah stoberi harganya 100 ribu rupiah,
sementara bibitnya 20 ribu rupiah/anakan.
tanpa menunggu lama, pria berambut putih ini mengajak kami ke kebunnya, selanjutnya dirinya mempersilahkan kami untuk memetik sendiri, dirinyapun membantu memetik
dengan penjelasan harga 1 keranjang buah stoberi harganya 100 ribu rupiah,
sementara bibitnya 20 ribu rupiah/anakan.
Sambil
mencari stroberi yang merah dan siap dipetik, sayapun membangun
percakapan dengan Bapak beranak 5 ini, dirinya mengungkap
"Anak... Bapa ni tidak kerja, bapa hanya petani, dan bapa juga piara babi, tapi bapa bersyukur karena bapa punya anak-anak semua sekolah"Dari penjelasannya, anak pertamanya seorang sarjana anak kedua sekolah dokter hewan di Bali, anak ketiga sekolah bahasa inggris "OB Anggen" di Bokondini, anak ke empat SMA dan anak bungsunya SD kelas 5.
Dalam
perbincangan kami, dirinya menceritakan awal menanam stroberi dari
tahu 1976, namun ketika Gejolak tahun 1977 mereka mengungsi ke daerah Tiom ( Kini Kabupaten Lanny Jaya). Selang beberapa tahun kemudian, dan keadaan suda aman, mereka kembali ke Napua dan dirinya melanjutkan menanam stroberi .
Ia suda beberapa kali mengikuti kegiatan petani keluar Papua,
diantaranya ke Kalimantan dan rupanya, dirinya makin termotivasi setelah
melihat Petani-petani dari Indonesia barat & tengah lainnya yang ia
temui dalam kegiatan tersebut.
Namun, dirinya menyayangkan ketidakkompakan petani disekitarnya yang tidak komitmen didalam kelompok tani untuk sama-sama mengembangkan tanaman tersebut.
Sayapun penasaran dan melanjutkan pertanyaan, kenapa bapa tetap mau menanam tanaman ini, padahal petani lain suda berhenti.
Dia menjelaskan.
"Anak.. buah ini manfaat banyak, bapa dengan mama biasa jual ke orang barat dorang, dan sekali waktu mama bawa dan jual di pasar misi, tapi biasa juga orang datang beli disini".
Lanjutnya, menjelaskan,
"Tapi...sekarang ni bapa dengan mama sendiri yang piara jadi biasa rumput naik tinggi-tinggi, tidak ada yang merawat , cabut rumput-rumput ni"
Jelasnya,
pemerintah berjanji akan mengembangakn tanaman stroberi di daerah itu,
selain tanaman ubi jalar.
Selain itu, dari pihak Kodimpun pernah mendatanginya dan berjanji akan membantu mengembangkan perkebunan itu.
Semoga janji-Janji ini ditepati.
Selain itu, dari pihak Kodimpun pernah mendatanginya dan berjanji akan membantu mengembangkan perkebunan itu.
Semoga janji-Janji ini ditepati.
Karena penasaran dengan ksabaran dan kegigihan Bapak Wolter Elopere ini, saya Terus bertanya,
Dengan nada halus dan penuh senyum bapa Elopere bilang,
Dengan nada halus dan penuh senyum bapa Elopere bilang,
"Anak... Bapa hanya pegang ayat, Amsal 12:24
Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi kemalasan mengakibatkan kerja paksa"
Akhirnya sayapun mendapatkan berkat dobol, buah stroberi satu kantong, bibit stroberi 8 anakan, dan terlebih penting adalah berkat Rohaninya.
Semoga Bapa Wamsik Elopere selalu diberkati !!!
By. Agusta Bunai
Luar biasa.
BalasHapusSebuah usaha, sebagai mana setiap manusia Papua tentunya harus punya cara tersendiri untuk mendobrak perekonomian daerah dengan hasil kerja keras seperti ini.
Salut
Gbu
Luar Bapak maju terus
BalasHapusSukses selalu bapak
BalasHapusSehat2, Sukses & DiBerkati Tuhan Bpa Wemsik & Ma2 Matuan..๐๐
BalasHapusTerbaik๐๐
BalasHapusLuar biasa bapak
BalasHapusTuhan berkati untuk setiap apapun yang diusahakan oleh tangan bapak๐๐
Bangga melihat...petani saya SDH berhasil....pak Wamisik sama mama Penina..di Napua...
BalasHapusLuar biasa Bapa. .Tuhan Memberkati..usahnya Bapa๐๐
BalasHapusBapak Wamisk Elekpore adalah orang tua yang bertanggung jawab. Sekolah anak-anaknya hanya dari Hasil Stoberi itu sampai sudah sarjana. Otniel Adalah teman Alinus Ilintamon saya kenal bapak betul sampai cerita ini pun saya tahu dan masih ada lagi isah-kisah yang menarik lainnya tentang Beliau ini.
BalasHapusLuar biasa bapak...Tuhan memberkati selalilu
BalasHapusMantap
BalasHapus